NEWS
ARCHIVES
- May 2019 (3)
- January 2019 (10)
- September 2017 (2)
- August 2017 (3)
- July 2017 (1)
- August 2016 (1)
- June 2016 (1)
- May 2016 (2)
- April 2016 (2)
- March 2016 (3)
- February 2016 (3)
- January 2016 (9)
- December 2015 (10)
- November 2015 (8)
- October 2015 (8)
- September 2015 (8)
- August 2015 (10)
- July 2015 (6)
- June 2015 (1)
- May 2015 (1)
- April 2015 (3)
- March 2015 (2)
- February 2015 (7)
- September 2014 (1)
- August 2014 (2)
- July 2014 (1)
- June 2014 (4)
- May 2014 (7)
- March 2014 (3)
CATEGORIES
Transportasi Umum VS Transportasi Online
Berita tentang transportasi online yang akan seera diberhentikan memang sedang menjadi perbincangan hangat di negara kita. Sebetulnya, dengan hadirnya beberapa transportasi online merupakan sebuah solusi cermat yang sangat menjanjikan baik bagi pemilik usahanya sendiri, pekerjanya, dan bahkan konsumennya. Sebut saja seperti Gojek, Grab Bike, Uber Taxy dan masih banyak lagi. Beberapa contoh berikut adalah buah dari pemikiran para pengusaha-pengusaha cerdas yang dimiliki oleh Indonesia. Tentu saja hal ini memiliki latar belakang tersendiri, seperti salah satunya adalah keadaan transportasi umum yang masih belum bisa dioptimalkan oleh pemerintah. Akan tetapi, usaha transportasi online ini juga tidak berjalan semulus yang dipikirkan sebelumnya, masih saja ada beberapa masalah yang harus dibenahi, bahkan berita teranyar adalah dimana pemerintah akan segera memberhentikan berjalannya bisnis yang sebetulnya sangat menjanjikan ini.
Masih belum maksimalnya transporatsi umum seperti angkot, ojeg, bus, dan banyak lainnya adalah salah satu faktor terciptanya bisnis transportasi online ini. Dengan memperkerjakan banyak pengangguran tanpa harus memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi pun sebetulnya merupakan sebuah keuntungan besar yang bisa dimiliki oleh usaha ini. Akan tetapi, walaupun dengan diberikannya kemudahan pada pesyaratan menjadi pekerja dalam usaha transportasi online ini, masih banyak juga masyarakat yang berbuat licik dalam melakukan pekerjaannya.
Salah satunya adalah masalah yang terjadi pada Gojek, yaitu masih banyaknya para pekerja yang melakukan orderan bayangan, atau yang lebih sering diblang sebagai fake order. Dengan bantuan beberapa aplikasi pada Smartphone driver, mereka bisa melakukan order seenaknya kapanpun mereka inginkan, dan masalah ini berujung pada pemecatan masal yang dilakukan pihak Gojek kepada para drivermereka. Hal ini menghasilkan sebuah bentrokan besar antara para pekerja atau driver dengan pihak dari Gojek itu sendiri. Masalah ini pun turut membuat pemerintah ikut campur tangan untuk memberhentikan usaha-usaha transportasi online demi menghentikan bentrokan yang sudah terjadi.
Sebetulnya, baik pihak Gojek, driver, ataupun pemerintah bisa saja menyelesaikan masalah ini tanpa harus kembali menambah daftar pengangguran yang dimiliki oleh negara kita ini. Bukan dengan cara memberhentikannya, tetapi dengan menyelidiki dan turut membantu dalam membenahi sistem yang dimiliki oleh para pengusaha transportasi online. Terlebih lagi untuk para pekerja, semoga saja dengan munculnya masalah ini ini bisa menyadarkan mereka untuk berpikir lebih baik dengan bekerja lebih jujur dan tidak ada lagi unsur tipu menipu hanya untuk sebatas mendapatkan keuntungan semata.