NEWS

Ledakan Bom Sarinah, Picu Lemahnya Nilai Tukar Rupiah

POSTED ON Jan 19, 2016

Nilai tukar mata uang rupiah terhadap mata uang dolar AS kian melemah, terlebih lagi adanya peristiwa terkait ledakan bom yang terjadi di sarinah, tepatnya di jantung ibukota Jakarta.

Setelah penutupan perdagangan pada Rabu 13 Januari 2016 di mana rupiah jatuh pada level 13.835, kini rupiah kembali dibuka dan melemah hingga 22 poin pada level 13.857 terhadap dolar AS.

Berdasarkan data yang dikutip dari Bloomberg sendiri di hari Kamis (14/01/2016), rupiah semakin tertekan menuju level 13.910 di pukul 10.50 siang tadi. Di mana sebelumnya hanya berselang 5 menit sebelumnya, rupiah bergerak pada kisaran angka 13.837 tiap dolar AS. Bisa disimpulkan sepanjang hari Kamis di siang ini, rupiah berada pada kisaran level 13.829 hingga 13.910 per dolar.

Berdasarkan penuturan dari Rully Nova, yakni pihak PT Bank Woori Saudara Indonesia berpendapat bahwa sentimen internal kian mendominasi terjadinya penurunan nilai tukar mata uang rupih di siang ini. Hal ini terkait dengan bom Sarinah, Rullu pun menilai hal tersebut bisa mempengaruhi pandangan para pelaku pasar mengenai situasi keamanan dan politik yang terjadi di Indonesia.

Rully menambahkan, “Faktor keamanan dan politik secara langsung mempengaruhi setiap pergerakan mata uang rupiah. Hal ini tentunya mengkhawatirkan para investor akan mata uang rupiah sebaga mata uang dair negara berkembang.”

Bahkan menurutnya, rupiah pun masih terus melemah dan tertekan sampai sore ini akibat peristiwa ledakan bom tersebut. Namun di samping itu, ia berpendapat bahwa kemungkinan rupiah masih memiliki peluang untuk menguat tentunya jika pemerintah langsung bereaksi secara tepat dan cepat.

Menurut pendapatnya, pererakan rupiah sendiri tergantung dari respon dari pemerintah yang bisa membantu menguatnya nilai mata uang rupiah itu sendiri.

Adapun ledakan yang terjadi tersebut berlokasi di Sarinah saat pukul 10.40 WIB siang tadi tadi dan juga ledakan kedua terjadi di pukul 10.55 WIB. Karena ledakan tersebut, mempengaruhi terjadinya penurunan pada laju Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG  yang kian melemah hingga 1,17 persen menuju poin 4.485,77.