NEWS

Perekonomian Indonesia Terancam Oleh Penurunan Bursa Saham China

POSTED ON Sep 1, 2015

Bank Indonesia menilai bahwa penurunan bursa saham china bisa mengancam ekonomi Indonesia, oleh karena itu hal tersebut harus diwaspadai. Mengapa? China merupakan negara mitra dagang terbesar Indonesia, dan ketika terjadi permasalahan ekonomi di negara tirai bambu tersebut, pastinya Indonesia akan terkena dampaknya.

Agus Martowardojo, yang merupakan Gubernur BI mengatakan bahwa penurunan indeks bursa saham di China masih terbilang wajar meskipun telah mengalami penurunan hingga 30 persen, karena sebelumnya bursa saham China telah mengalami kenaikan sebelum merosot tajam.

Indeks bursa saham China sebelumnya telah mencapai titik tertinggi dalam setahun terakhir, yaitu mencapai level 5.178 pada tanggal 12 Juni lalu. Namun angka tersebut tidak mampu bertahan sampai akhirnya terus merosot. Hal itu terjadi seiring bergugurannya harga mayoritas saham di China.

Karena penurunan bursa saham china , akibatnya Indonesia terimbas oleh peristiwa tersebut. Pada Selasa, 11 Agustus kemarin IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) anjlok dan mengalami penurunan paling parah dibanding dengan bursa regional lainnya. Pada penutupan perdagangan kemarin,  IHSG berada di level 4.622,591 dan hal tersebut menunjukkan bahwa IHSG telah tergerus sebesar 2,661 persen atau setara dengan 126,358 poin. Sedangkan indeks LQ45 jatuh 3,32 persen atau sebanding dengan 26,60 poin ke level 781,11. Akibatnya sebanyak 241 saham di bursa Indonesia turun pada perdagangan, 86 saham tidak bergerak, 173 saham tidak ditransaksikan, dan hanya 57 saham saja yang berhasil naik.

Menurut Reza Priambada yang merupakan Head of Research PT NH Korindo Securities Indoenesia, berpendapat bahwa pelemahan IHSG disebabkan oleh beberapa faktor. Diantaranya adalah faktor dalam negeri, terutama respon negatif terhadap melemahnya nilai tukar Rupiah. Menurutnya sentiment dalam negeri kurang kuat untuk menghadapi hempasan yang berasal dari luar negeri tersebut.

Yuganur Wijanarko, Senior Research PT HD Capital juga menilai bahwa penurunan tajam IHSG membuka peluang untuk berburu saham dengan harga rendah. Menurutnya devaluasi yuan membuat nilai tukar rupiah berada di zona merah, sehingga IHSG juga terkena imbasnya.

Tidak hanya perekomian Indonesia saja yang mengalami perlambatan, kondisi perekonomian global pun juga mengalami hal yang sama. Untuk mengantisipasi kondisi tersebut, Bank Central China telah memberikan peringatan akan kemungkinan terjadinya semakin melambatnya ekonomi di negara tirai bambu tersebut.

China telah tercatat bahwa mengawali semester kedua ini dengan kemerosotan ekspor-impor. Bahkan di bulan Juli, ekspor China mengalami kemerosotan sebesar 8,3 persen, lebih besar dari perkiraan para ekonom. Sementara impor merosot sebesar 8 persen, lebih besar 0,1 persen dari yang tadinya telah diperkirakan 8%. Dari data ekspor-impor China tersebut, tercatat bahwa surplus neraca perdagangan China sebesar 43,03 miliar dollar AS.

Karena penurunan bursa saham china , akibatnya nilai tukar rupiah semakin melemah yang juga berimbas terhadap IHSG.