NEWS

Prediksi Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika (Juni - Agustus 2015)

POSTED ON May 29, 2015

Pada tahun 2003-2007, setelah Indonesia mulai pulih dari krisis moneter yang melanda seluruh negara Asia, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika (USD) cenderung stabil di angka Rp 9.000,- s/d Rp 10.000,- per Dolar Amerika. Kemudian, Indonesia dikejutkan di akhir tahun 2008 dengan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika yang mencapai Rp 12.000,- per dolar Amerika. Kemudian Rupiah cenderung kembali stabil di level Rp 9.000,- s/d Rp 10.000,- di tahun 2009 sampai dengan tahun 2013. Di akhir tahun 2013, Rupiah kembali melemah ke level Rp 11.000,- dan terus melemah hingga sekarang berada di kisaran Rp 13.200,- per Dolar Amerika.

Dampak dari melemahnya nilai tukar Rupiah sangat dirasakan oleh masyarakat Indonesia, karena Indonesia, walaupun memiliki kekayaan alam yang luar biasa, merupakan negara dengan defisit perdangan yang cukup tinggi.

Defisit perdagangan berarti jumlah impor jauh lebih besar dibandingkan dengan jumlah ekspor. Hampir semua barang jadi yang dikonsumsi oleh rakyat Indonesia merupakan barang impor, seperti: besi, aluminium, garam, gula, tembakau, gandum, pakaian, makanan proses, mesin, bahan kimia, plastik, perabotan, minyak goreng, bahan bakar, beras dan lain sebagainya.

Dengan melemahnya nilai Dolar, maka akan meningkatkan harga barang-barang impor. Bukan hanya harga barang-barang consumable seperti disebutkan di atas, tetapi juga barang-barang modal, seperti harga semen, harga alat berat, harga genset, harga elektronik, harga jasa dan lain-lain. 

Para ahli dari berbagai sumber, seperti Bank UOB, Bloomberg, dan sumber lainnya, banyak yang memperkirakan Rupiah akan semakin melemah. Melihat dari kondisi ekonomi Indonesia dan Asia, serta berdasarkan dari aliran dana masuk ke Amerika Serikat yang cukup deras. Diprediksi, Rupiah sampai dengan akhir tahun akan berada di level Rp 13.500 hingga Rp 14.000 per Dolar Amerika.

Berikut beberapa faktor yang menyebabkan melemahnya nilai tukar Rupiah dalam 3 bulan ke depan:

Federal Reserve System Amerika menaikkan suku bunga obligasi pemerintah

Federal Reserve Amerika telah mengindikasikan dari waktu yang cukup lama, dan sempat tertunda, bahwa mereka akan menaikkan suku bunga obligasi pemerintah. Dengan dinaikkannya suku bunga obligasi pemerintah Amerika, banyak dana-dana yang berada di emerging market seperti Indonesia, akan mengalir dengan deras kembali ke Amerika. Saat ini, suku bunga obligasi Amerika hampir 0%, diprediksi akan naik sebelum akhir tahun maksimal hingga menjadi 1%.

Kepemilikan Perusahaan Asing

Mayoritas dari perusahaan besar di Indonesia ada bagiannya yang dimiliki oleh asing. Sudah menjadi kebiasaan setiap tahun, bahwa di bulan April-Mei dan Okt-Nov, akan ada banyak demand terhadap mata uang asing. Hal ini disebabkan oleh perusahaan-perusahaan yang membutuhkan mata uang asing untuk pembagian keuntungan tahunan / semester kepada entitas pusat mereka.

Proyek Infrastruktur Pemerintah

Banyak proyek infrastruktur, seperti jalan, pelabuhan, kereta, pembangkit listrik, yang dicanangkan oleh pemerintahan Jokowi-JK akan mulai dilaksanakan pada beberapa bulan ke depan. Di mana serapan anggaran di Q1 dan Q2 2015 dilihat sangat minim. Sehingga diprediksi ada penggenjotan pelaksanaan proyek besar-besaran di Q3 dan Q4 2015. Mayoritas dari material yang dibutuhkan masih diimpor. Otomatis untuk pembelian akan banyak menggunakan mata uang asing, sehingga demand untuk mata uang asing akan meningkat drastis di beberapa bulan ke depan.

Easing dari Bank Indonesia

Inflasi Indonesia yang jauh melebihi target 2015 (3-4%), di mana sudah terjadi inflasi hampir 6% year-to-date, menyebabkan Bank Indonesia diprediksi akan memberikan langkah intervensi drastis. Salah satu alternatif adalah menurunkan suku bunga bank, sehingga memberikan likuiditas lebih baik dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Tetapi, penurunan suku bunga akan memacu aliran dana ke luar dan inflasi secara jangka pendek, sehingga melemahkan nilai tukar Rupiah. Cara lain yang mungkin dilakukan adalah dengan menurunkan loan-deposit ratio kepada bank untuk mempermudah pinjaman. Diprediksi sebelum akhir tahun, suku acuan bunga BI akan turun tipis ke angka 7,25% (sekarang 7,5%). Hal ini juga dipacu oleh terlaksana nya Masyarakat Ekonomi ASEAN, sehingga BI dipaksa untuk memangkas suku bunga nya agar pengusaha lokal dapat bersaing dengan pengusaha dari ASEAN lainnya.