NEWS

Krisis Listrik di Jawa-Bali tahun 2016

POSTED ON Aug 16, 2014

Pertambahan kebutuhan listrik di pulau Jawa yang cukup pesat, tidak dapat diimbangi oleh pembangunan infrastruktur pembangkit oleh PT. Perusahaan Listrik Negara atau kerap disebut PLN. Krisis listrik yang awalnya diprediksi akan terjadi pada tahun 2018, sekarang dikatakan akan mulai dirasakan tanda-tanda nya 2 tahun lebih cepat, yakni pada tahun 2016.

Pulau Jawa-Bali merupakan pulau dengan kepadatan penduduk tertinggi di Indonesia, sehingga merupakan pulau pemakai listrik terbesar di Indonesia. Di tahun 2012, total kebutuhan listrik Pulau Jawa-Bali mencapai 35.000 megawatt, di mana ketersediaan pasokan listrik hanya 22.900 megawatt. Pertumbuhan kebutuhan listrik di kedua pulau ini cukup besar. Di mana, pada tahun 2012, pertumbuhan mencapai lebih dari 10%. Untuk periode 2013-2023, kebutuhan listrik di Pulau Jawa-Bali diperkirakan akan tumbuh sekitar 7,6 persen per tahun.

PLN terus berusaha untuk menambah pasokan listrik di Jawa-Bali, di antaranya dengan membangun pembangkit listrik sebesar 6.000 MW yang direncakan rampung tahun 2016. Tetapi, proyek tersebut diperkirakan terlambat hingga baru akan rampung pada tahun 2018. PLTU sebesar 6.000 MW tersebut berasal dari PLTU Sumatera Selatan, PLTU Batang dan PLTU Indramayu. Keterlambatan disebabkan oleh permasalahan lahan dan perizinan. Mengatasi hal tersebut, PLN juga mengambil inisiatif kedua untuk membangun PLTG di Muara Karang, Gresik, Muara Tawar dan Grati. Tetapi menurut Nasri Sebayang, Direktur Konstruksi dan Energi Terbarukan PT PLN, hal tersebut dinilai masih cukup sulit untuk menutup kekurangan 6.000 MW yang terlambat dibangun. Di sisi finansial pun terlihat cukup menantang, di mana PLN membutuhkan sekitar Rp 560 triliun dalam periode 2012-2017, atau sekitar Rp 112 triliun per tahun untuk membangun infrastruktur yang memadai untuk menghindari krisis listrik. Tetapi, pada kenyataannya, realisasi nya kurang dari 50 persen. Investasi PLN dicatat Rp 40,1 triliun pada tahun 2012.