NEWS

Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia - Selayang Pandang

POSTED ON Jun 6, 2014

Saat ini Indonesia merupakan negara dengan ekonomi terkuat di Asia Tenggara. Di tahun 2012, Indonesia berhasil menjadi negara anggota G-20 dengan pertumbuhan ekonomi makro tercepat ke-2 setelah Cina, melampaui India. Dan pertumbuhan ini juga terus dicatat di tahun 2013, dengan pertumbuhan ekonomi nasional di atas 6%, walaupun keadaan ekonomi global secara keseluruhan saat itu kurang kondusif.

Krisis ekonomi Asia yang terjadi di tahun 1997 pernah menggoyahkan perekonomian Indonesia. Nilai tukar rupiah merosot tajam, dari senilai Rp 2,600/USD di awal Agustus 1997 menjadi Rp 11,000/USD di Januari 1998. Pada November 1997, depresiasi nilai rupiah ini menyebabkan hutang Indonesia mencapai 60 milyar USD, dan membatasi anggaran belanja nasional. Inflasi yang tercatat di tahun 1998 mencapai 72%, lalu menurun menjadi 2% di tahun 1999. Krisis ini menyebabkan nilai pertumbuhan GDP di tahun tersebut hanya sebesar 0,8%. Pemerintahan baru pasca reformasi di bawah kepemimpinan Presiden BJ Habibie dan pemerintahan selanjutnya berhasil menstabilkan keadaan ekonomi dan politik di Indonesia. Nilai tukar rupiah perlahan menguat menjadi Rp 8,000/USD. Dan walaupun setelah itu masih terjadi fluktuasi nilai, relatif bertahap dan dapat diprediksi.

Gross domestic product (GDP) sendiri adalah nilai pasar secara keseluruhan akan barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara per tahun, atau dalam suatu kurun waktu tertentu. GDP perkapita digunakan untuk mengukur standar kehidupan di suatu negara. GDP Indonesia di tahun 2012 menurut Bank Dunia tercatat sebesar 878.04 milyar USD, dengan GDP perkapita sebesar 1731.65 USD. GDP ini melebihi negara Thailand sebesar 365.6 milyar USD dan negara Malaysia sebesar 303.5 USD. Pertumbuhan ekonomi ini lebih banyak disokong oleh konsumsi dalam negeri dibandingkan oleh investasi.
Di Cina proporsi ini cukup seimbang. Investasi terhadap GDP sekitar 50 persen dan proporsi konsumsi terhadap GDP di kisaran 40 persen. Di Amerika, yang adalah negara maju, proporsi konsumsi terhadap GDP juga tinggi. Oleh karena itu di negara berkembang seperti Indonesia, investasi terhadap GDP mestinya didorong untuk terus meningkat.