NEWS

Pembangkit Listrik Tenaga Batu Bara

POSTED ON Jun 11, 2014

Pembangkit listrik tenaga batu bara merupakan pembangkit listrik yang paling banyak digunakan di Indonesia. 43,7% dari keseluruhan daya Indonesia berasal dari batu bara. Indonesia sendiri merupakan pengekspor batu bara nomor 2 paling banyak di dunia setelah Australia.

Di tahun 2013, kita dikejutkan dengan fluktuasi harga batu bara dunia yang menyebabkan banyak perusahaan tambang mengalami kesulitan dan divestasi ke unit usaha lain. Harga batu bara berkalori rendah bisa berfluktuasi antara US$ 19 per ton hingga US$ 150 per ton.

Batu bara sendiri dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu: Antrasit, Bituminus, Sub-Bituminus, Lignit dan Gambut. Antrasit merupakan jenis batu bara yang paling berkualitas, karena kandungan karbonnya sangat tinggi, yaitu di angka 86-98% dengan kadar air yang minimal. Bituminus merupakan jenis yang lebih rendah dari Antrasit dengan kandungan karbon 68-86%. Sub-Bituminus mengandung energi yang lebih sedikit dibanding dengan Bituminus, dengan kadar air antara 15-30%. Sub-Bituminus banyak digunakan di pembangkit listrik dikarenakan hanya mengandung sulfur kurang dari 1%, sehingga mengurangi emisi Sulfur. Lignit merupakan batu bara dengan kadar air yang lebih tinggi dibanding Sub-Bituminus, yaitu di angka 35-75% dari beratnya. Batu bara ini jarang digunakan di pembangkit listrik. Kebanyakan, hanya digunakan di pembangkit listrik di dekat tambang dikarenakan emisi nya yang cukup pekat. Yang terakhir, Gambut memiliki nilai kalori paling rendah di banding jenis batu bara yang lain dan mengandung kadar air di atas 75%.

Batu bara sendiri merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Di akhir tahun 2005 sendiri, menurut laporan dari British Petroleum, dunia memiliki cadangan batu bara yang sudah terbukti untuk 155 tahun ke depan.